Faiza Fauziah
3 min readOct 5, 2018

Benda Hidup, Benda Mati

Sebelum membaca tulisan ini, coba luangkan jeda waktu sebentar.

Perhatikan keadaan di sekeliling.. Ada apa saja?

1.

2.

3.

4.

5.

Adakah yang diam? Adakah yang bergerak?

Kenapa ada yang diam, kenapa ada yang bergerak?

Pertanyaan bodoh ini yang terlintas dalam otak saya selama perjalanan kantor.

Di sekeliling saya ada jalan, ada batu, tanah, juga orang yang lalu lalang.

Saya kembali menyadari.. di sekeliling saya ada 2 komponen:
Ada benda hidup.
Ada benda mati.

Hm.. Tapi.. Apa bedanya benda hidup dan benda mati?

Benda hidup adalah benda mati yang bisa bergerakkah ..? Apa yang membedakan?

Kok bisa bergerak , kok bisa hidup? Siapa yang menentukan sistem ini

Seringkali kesibukan membuat saya lupa. Banyak berpikir hanya di level mikro. Manusia sentris. Semua tentang kerjaan, semua tentang percepatan, semua tentang uang.

Hingga tidak menyadari saya bagian dari semesta dan pengaturan.

Kalau udah gini, baru saya ingat Tuhan..😟

Apa yang Membedakan Benda Hidup vs Mati.. ?

Jawaban receh saya adalah:

Benda hidup selalu membutuhkan pemeliharaan. Kalau benda mati, ga repot-repot perlu diurus.

Mulai dari butuh nafas, butuh dijaga denyut jantungnya, butuh nutrisi, butuh ada sinar matahari. Simpulan singkatnya,

Benda hidup = high maintenance. Rentan, rapuh banget dan sangat dependent hidupnya.

Ga bisa gitu hidup mandiri dalam arti sesungguhnya.

Pertanyaan selanjutnya..

Siapa yang mengurusnya? Sumber dari mana kekuatan itu? Dari mana suatu makhluk bisa bergerak?

Saya pernah menyaksikan almarhumah nenek saya terbujur kaku. Sebelumnya hangat. Menyentuhnya setelah meninggal rasanya sedingin tembok. Saya tertegun, kenapa bisa demikian padahal raganya masih utuh? Bagamiana bisa benda hidup menjadi benda mati..

Yang saya sadari.. Ada yang hilang! Ada yang hilang dari raganya..

Sebelumnya.. ada sesuatu yang mengisi..

Ada dua highlight dari perenungan saya di atas.

Tentang benda hidup yang..

  • membutuhkan pemeliharaan
  • dan adanya sesuatu yang mengisi.

Perenungan tersebut membuat saya semakin yakin adanya kekuatan yang lebih tinggi.. Tuhan.

Saya teringat dalam suatu diskusi dengan Pak Iskandar, Bumi Langit, yang mengingatkan bahwa ..

di dunia.. yang tampak mata hanya 1%, sisanya 99% tak tampak mata.

Contohnya apa? Gaya gravitasi yang menahan kita, ribuan virus, bakteri, partikular oksigen dan co2, sel tubuh yang membentuk jaringan hingga organ , arus nutrisi ion. Dan masih banyak lagi.

Kenapa kita tidak bisa melihat? Karena daya mata manusia terbatas. Limitasi kemampuan manusia terbatas, tapi seringkali menuhankan diri sendiri. Lucu ya.

Btw, saya baru bisa memiliki level kesadaran seperti ini setelah mengambil banyak waktu jeda.

*Maafkan saya Tuhan, yang jarang menggunakan otak untuk berpikir.

*Padahal yang membedakan manusia dengan hewan ada pada akalnya.

Hingga pertanyaan selanjutnya beralih:

Kenapa Tuhan memilih saya untuk hidup? Kenapa saya diberikan kehidupan?

Kenapa Tuhan mau mengurus saya?

Hhhm... menyadari bahwa saya yang terpilih menjadi benda hidup. Merasakan kehidupan… Menaruh (mengisi) sesuatu ke dalam diri saya, sehingga saya bukan benda mati.. Sesuatu yang patut disyukuri bukan?

Saya terpilih. Saya diisi oleh Tuhan. Raga saya setiap harinya diisi, dijaga, dan diurus.

Dan semoga saya bisa memanfaatkan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

Serta menjaga kewarasan berpikir saya akan hal yang dianggap receh padahal krusial, untuk terus mensyukuri dan menjaga hubungan saya dengan Tuhan.

Catatan untuk semakin rajin mikir dan tadabbur.

Faiza Fauziah
Faiza Fauziah

Written by Faiza Fauziah

Writing about environment, islamic lecture and personal reflection. Currently studying about Islam to find personal placidity.

No responses yet